The Baik-Baiks

Ketika membaca judul di atas mungkin beribu tanya akan mampir. bukan sekadar tanya mungkin, bahkan cibiran dan cercaan, ejekan atau apapun itu. Hari ini,5 Juni 2012, saya akan bercerita tentang empat orang kawan, saudara, dan adik yang tergabung dalam The Baik-Baiks. 
Pare, di ruang tunggu besar inilah mereka bertemu. Seperti kebanyakan orang reka ke Pare dengan alasan yang sama, apalagi jika bukan belajar bahasa inggris. Empat 0rang ini benar-benar berbeda. dan entah hal apa yang bisa menyatukan mereka. Untuk personil lengkap akan saya posting di cerita berikutnya.

Jamilah

Tetanggaku yang satu ini bernama Jamilah. Tidak seperti lagu yang populer itu, dia bukan janda, dia seorang ibu dengan 3 Putri dan 1 Putra. Yang ku kagumi dari Mila (begitu aku memanggilnya), dia ibu yang hebat. Tak pernah kehabisan baterai sebutanku untuknya. Aku seringkali dibangunkan oleh suaranya yang nyaring yang berteriak di depan rumahnya untuk menyuruh anaknya segera ke sekolah. Suara yang nyaring jadi ciri khasnya.

Menjelang siang harinya, aku juga akan mendengar suara nyaringnya memenuhi seluruh lorong dengan teriakan peringatannya bahwa tukang sayur sudah datang. Hmm,, tipikal ibu-ibu Makassar banget lah! Lain lagi kalau sore sudah menghampiri, teriakannya akan memperingatkan jika truk pengangkut sampah sudah datang. Malam harinya, teriakannya akan bertemakan memanggil anak-anaknya pulang ke rumah untuk segera tidur.

Mila, seorang ibu rumah tangga yang jago masak, turunan dari ibunya yang seorang juru masak saat ada pesta nikahan di kalangan keluarga. Dia orang yang sangat baik, dan terbilang sangat dekat dengan Almarhumah ibuku. Dulu mereka bagai anak dan ibu yang sering nangkring di dapur sambil mencoba resep baru. (Ku akui aku kalah,hahha).

Mila, semenjak ibuku meninggal dia masih tetap sering ke rumah. Mila, semenjak kepergian ibuku selalu menuruti apa yang kuinginkan, entah aku seolah menjadi adiknya. Walau sering kurepotkan dia masih saja tak kehabisan baterai untuk semua kesibukannya.