Sebuah Pengakuan Dosaku Pada Dia


Kira-kira setahun yang lalu, kita duduk di tempat yang sama dengan hari ini, ditemani mimpi-mimpi kita untuk keluarga kita nanti. Kita sama-sama membawa membawa cita-cita dan mimpi-mimpi indah untuk semuanya. Kita diminta memaparkan segala janji-janji kita oleh mereka yang tidak lain adalah keluarga besar kita. Kita disumpah oleh mereka, katanya supaya kelak kita tak saling bertengkar dan berseteru. Kita sama-sama menerawang masa depan, berasumsi dan bermimpi, ribuan rencana indah lahir dari kepala kita, semua kita tumpahkan agar mereka yakin pada kita.

Aku berjanji akan terus bersamamu, terus berada di sampingmu, begitupun sebaliknya. Kita – walaupun dua—adalah satu saat itu. Tidak cukup di dalam ruangan kita dimintai janji, kita bahkan diarak ke hadapan orang banyak dan lagi-lagi kita ditanyai akan keseriusan kita untuk melangkah bersama. Kita tetap yakin akan mimpi-mimpi kita, kita tak peduli dengan orang-orang yang coba melemahkan kita.

Akhirnya saat itu tiba, mereka percaya pada semua janji-janji kita! Setelah sebuah pesta besar dilangsungkan bagi keluarga besar kita untuk meyakinkan mereka akan keteguhan kita. Mereka akhirnya percaya padamu! Mereka mengizinkan kita untuk mengurus keluarga impian kita. Kita akhirnya disumpah di depan seluruh keluarga. Tahukah kau? Hari itu aku begitu senang sekaligus takut! Aku senang mereka percaya pada kita, tapi aku juga takut kalau sampai kita tidak bisa membuktikan janji itu. Tapi kau begitu baik, mau menguatkanku dan membuat aku yakin lagi.

Kita memulai hari pertama kita dikeluarga ini dengan merencanakan banyak hal, merencanakan segala mimpi-mimpi kita. Kita berdiskusi sampai pagi, Ditemani secangkir the dan snack kita membangun banyak sekali harapan yang semua tentu saja buat keluarga kita. Kita lupa waktu, kita bahkan tidak peduli akan kokok ayam yang mengingatkan bahwa pagi sudah datang lagi.

Kita mulai melangkah untuk melaksanakan semua rencana-rencana kita. Mulai dari hal paling kecil sampai mimpi-mimpi besar kita. Aah,, rasanya waktu berlalu begitu cepat. Lambat laun aku mulai meragu akan mimpi-mimpi besar yang kita bangun kemarin. Aku pun terkadang pesimis, mulai suka terbawa emosi dan bahkan sempat lari dari rencana-rencana kita yang menjadi tanggung jawab ku. Tapi, aku harus mengakui bahwa kau memang sangat kuat! Kau hebat! Kau tetap berdiri tegak dan terus mencoba meyakinkanku saat ragu mulai datang menggodaku. Seiring berjalannya waktu, jalan yang kita lalui semakin sulit. Ada lubang di mana-mana, dan karena aku begitu lemah, aku akhirnya semakin sering terjatuh ke dalam lubang-lubang jalanan itu. Akupun mulai sering sakit-sakitan, entah akibat lelah atau mungkin karena aku memang lemah, sehingga aku tidak bisa lagi terlalu sering menemanimu begadang. Aku juga tak bisa lagi terlalu sering menemanimu berdiskusi sampai malam larut, dan bahkan kadang aku membiarkanmu berpikir sendiri tentang keberlanjutan mimpi-mimpi bagi keluarga kita.

Semakin lama, aku merasa semakin egois dalam menjalankan peranku di keluarga kita yang tengah coba kita perbaiki. Aku semakin sering marah padamu, tidak mempercayai kata-katamu, tidak mau lagi mendengarkan semua perintahmu. Aku selalu merajuk saat kau tak mau mengikuti keinginanku, aku selalu merasa paling benar soal keluarga kita ( walau memang terkadang aku benar kan? ^_^), dan kau, seperti biasa, tetap optimis dan berusaha meyakinkanku. Maaf, aku begitu sering membiarkan mu bekerja sendiri saat aku sedang ngambek. Maaf, aku sering merepotkanmu saat harus minta diantar kemana-mana saat malam telah larut—dini hari bahkan! Hmm,, kau mungkin sudah sangat jengkel atas tingkahku, tapi lagi-lagi aku harus mengakui bahwa kau memang sangat baik! Kau tak pernah sekalipun memarahiku atau membentakku, sementara aku, entah sudah berapa kali aku meneriakimu saat aku sedang marah. Walau akhirnya aku sendiri melihat hasilnya dan tersadarkan bahwa kau memang benar, pilihanmu tepat, dan aku akhirnya malu atas keras kepalaku dulu.

Namun, waktu sepertinya sudah tidak mau lagi memberiku kesempatan untuk memperbaiki semua salahku. Waktu akhirnya membawa kita pada kondisi di mana semuanya harus berakhir. Aku bukannya tidak mau lagi menemanimu, bukan pula karena aku membencimu. Tapi semua memang harus berakhir. Kadang kupikir memang lebih baik jika semuanya cepat berakhir, agar aku tak lagi bisa memarahimu sesuka hatiku, agar aku tak lagi leluasa merepotkanmu dengan segala keegoisanku atas nama tanggung jawabmu. Saatnya sudah tiba, saat di mana kita harus memilih jalan kita sendiri-sendiri. Tapi aku masih punya satu janji untukmu, kapan pun kau butuh aku untuk tetap menjaga hubungan baik keluarga kita, aku ada, aku akan membantumu! Sebab apapun yang terjadi di masa mendatang pada keluarga kita, itu semua mungkin adalah akibat dari segala yang kita pernah perbuat dulu. Aku Janji!!

Dan akhirnya, aku harus duduk lagi di sampingmu, di tempat yang sama di mana kita dulu berjanji. Tapi kali ini bukan untuk berjanji bersama lagi, melainkan sebaliknya, Kita di sini adalah untuk mempertanggungjawabkan segala janji kita waktu itu. Kita harus bisa meyakinkan keluarga kita agar mereka mau membiarkan kita lepas dari ikatan ini. Kita harus bertanggung jawab atas segala janji-janji kita yang tak bisa kita penuhi, sebab ternyata perjalanan keluarga kita tak semulus yang kita harapkan.

Aku berterima kasih pada Tuhan karena telah memberiku kesempatan untuk menemanimu berjalan. Walau singkat, tapi aku belajar banyak darimu, belajar banyak dari kekuatanmu. Ada sangat banyak maaf yang harus kusampaikan padamu, juga banyak terima kasih untuk semua yang kau ajarkan padaku.

“MAAF…”

“ TERIMA KASIH…”

Yah, akhirnya kita resmi lepas dari ikatan ini. Kita telah diceraikan dari sebuah ikatan. Bolehkah aku senang sekarang? Atau mungkin aku harus sedih? Sebab orang-orang masih menganggap kita telah mencorengkan raport merah dalam perjalanan keluarga kita. Aku harus merasakan keduanya tentu saja! Tapi, berjalan bersamamu tetaplah perjalanan yang indah yang pernah kualami. Serius!!

Rindu yang berat akan sering datang mengunjungi hatiku. Aku akan merindukan semua yang pernah kita lewati, saat tertawa bersama keluarga besar kita, saat aku menangis karena hal-hal tidak beralasan, saat aku ngambek karena menurutku kau sangat jahat, saat tengah malam kau rela mengantarku pulang ke rumah ayahku.. Yah, semua itu pasti akan minta untuk diingat oleh hatiku. Semoga begitupun kau.. ^_^.. Kita memang telah bercerai dari ikatan itu, tapi bukan berarti kita lepas dari tanggung jawab kita pada keluarga besar kita..

Sebuah Pengakuan Dosaku Pada Dia

Untuk seorang teman, sahabat, saudara, dan BOS!

terima kasih untuk semuanyaaa...

0 komentar:

Posting Komentar